Sabtu, 21 Desember 2013

BISSU


Pada zaman dahulu Bajak kebesaran Bone tiba-tiba hilang, maka bersedihlah raja Bone. Lalu memerintahkan 40 orang bissu untuk pergi mencari bajak tersebut. Raja berpesan kepada para bissu tersebut supaya jangan kembali sebelum menemukan dan membawa pulang bajak itu. Ternyata Bissu itu menemukan bajak kebesaran itu di segeri akan tetapi bajak yang ditemukan itu tidak mau dikembalikan oleh rakyat segeri. Karena bissu merasa takut untuk kembali ke Bone maka tinggallah bissu itu di segeri, menjaga bajak itu yang dianggap sebagai arajang di segeri.
-          Struktur organisasi bissu
Di segeri maupun di bone pada umumnya jumlah bissu adalah 40 orang mereka terdiri dari :
1.      Puang/Puwak matoa
Ialah Pimpinan (kepala Bissu) yang telah dipilih dari Puang lolo kemudian dilantik dimuka umum oleh raja.
2.      Puang lolo
Sebagai wakil Puang matowa adalah bissu yang telah dipilih masyarakat bersama bissu yang telah disetujui oleh Raja.
3.      Bissu biasa sebagai pembantu Puang lolo

-          Struktur organisasi bissu di segeri
1.      Bissu tanre (tinggi) dalam hal ini pengetahuannya dianggap tinggi, mereka baru muncul pada upacara turun ke sawah (upacara palili0. Jumlah mereka 40 orang.
2.      Bissu poncok (pendek) terdiri dari 6 orang mereka turun pada pesta kerajaan, melepaskan Nazar (pesta ke lapangan Kejota)

-          Struktur organisasi Bissu di Bone
1.      Bissu tanre terdiri dari :
a.       Pimpinan bissu yang bergelar Puang Matowa
b.      Wakil Bissu yang bergelar Puang Lolo terdiri dari 2 (dua) orang
c.       Inang Bissu, yaitu perwira bissu
d.      Kuneng lolo, tidak ikut menari (sere dalam bahasa Bugis) tetapi duduk pada waktu ada upacara, atau Bissu keturunan bangsawan.
e.       Bissu lolo yaitu prajurit Bissu.
2.      Bissu Core-core ( Ponco)
Di bone dikenal juga Bissu pada umumnya dimunculkan pada upacara-upacara seperti :
a.       Mallangi Arajang, membersihkan Arajang peperangan, Wabah penyakit, musim kemarau
b.      Maccera Arajang, ialah pengorbanan hewan
c.       Mattoana Arajang, memberi sesajeng Arajang
Di bone pada upacara Maccera Arajang diadakan pada pelantikan Raja, upacara perkawinan, upacara bersalin, upacara kematian
Perbedaan Bissu di segeri dan di bone
1.      Di segeri para bissu berperanan, turun ke sawah (apalili) sedangkan di bone, pada waktu turun ke sawah, Bissu tidak mempunyai peranan
2.      Bissu di segeri pada umumnya terdiri dari Calabai (wadam), sedangkan di bone terdiri dari Calabai (wadam) dengan bissu perempuan yang disebut core-core yang tugasnya menjunjung baku panampa, dapo sadampa dll
3.      Di segeri bissu pada waktu menari selalu maggiri (menancapkan keris dibadannya/lehernya) sedang di bone sekarang ini tidak diadakan maggiri (menancapkan keris dibadan/lehernya)

Kalau bissu menari di luar Lalebata (di luar watampone) mereka memakai pakaian sanro (dukun) atau bermacam-macam warna pakaian, apabila di dalam watampone (Lalebata) mereka berpakaian baju bodo. Peralatan bissu di bone yang di pakai dalam upacara disesuaikan dengan derajat yang mengadakan upacara. Dan apabila orang yang mengadakan pesta tersebut berasal dari bangsawan tinggi, maka peralatan terdiri dari dua kasseri (dua kali Sembilan) sedangkan daerah palili (kerajaan kecil, yang tunduk dibawah pemerintah Raja Bone) maka peralatannya dua kattuju (dua kali tujuh).




PERANAN BISSU DALAM UPACARA

1.      PELANTIKAN BISSU DAN PIMPINAN BISSU (PUANG MATOWA) DI SEGERI

Di segeri pemilihan puang matowa dan puang Lolo harus melalui pilihan rakyat yang diprakarsai oleh raja yang bersangkutan. Apabila puang matowa meninggal dunia atau melalaikan tugasnya serta kelakuannya tidak senonoh, maka rakyat akan memilih puang lolo sebagai penggantinya jika puang matowa tidak bersedia barulah pilihan jatuh pada bissu-bissu lainnya. Setelah bissu tersebut terpilih maka iapun pergi menghadap kepada rakyat segeri bahwa ia sanggup memlihara alat-alat kerajaan (arajang segeri). Sesudah itu rajapun menyuruh mengumumkan kepada rakyat tentang hasil pamilihan itu serta waktu pelantikannya. Pemberitahuan tersebut di umumkan di pasar-pasar karena pasar merupakan tempat berkumpul penduduk dari seluruh pelosok-pelosok kampong. Pada hari pelantikan orang berduyun-duyun ke tempat kediaman calon Puang matowa dengan membawa seperangkat alat sebagai tanda penjemput “Pattene” atau “pammuntuli” yaitu sebuah talam berisi seberkas daun sirih, 36 buah pinang, uang logam 25 sen lima buah.
Sementara puang Matowa sudah bersiap pula lengkap dengan pakaian upacara dengan memakai songkok pute/topi yang berbentuk bundar dan berwarna putih) dan bissu lainnya memakai passapu (dester).
Dari tempat kediaman Puang matowa diantar ke istana raja segeri untuk menjemput raja menuju tempat upacara. Setelah tiba di tempat pelantikan puang matowa dilantik oleh raja yang disaksikan rakyat dan para bissu.
           



Tidak ada komentar:

Posting Komentar