Pada zaman dahulu Bajak
kebesaran Bone tiba-tiba hilang, maka bersedihlah raja Bone. Lalu memerintahkan
40 orang bissu untuk pergi mencari bajak tersebut. Raja berpesan kepada para
bissu tersebut supaya jangan kembali sebelum menemukan dan membawa pulang bajak
itu. Ternyata Bissu itu menemukan bajak kebesaran itu di segeri akan tetapi
bajak yang ditemukan itu tidak mau dikembalikan oleh rakyat segeri. Karena
bissu merasa takut untuk kembali ke Bone maka tinggallah bissu itu di segeri,
menjaga bajak itu yang dianggap sebagai arajang di segeri.
-
Struktur organisasi bissu
Di
segeri maupun di bone pada umumnya jumlah bissu adalah 40 orang mereka terdiri
dari :
1. Puang/Puwak
matoa
Ialah Pimpinan (kepala Bissu) yang telah
dipilih dari Puang lolo kemudian dilantik dimuka umum oleh raja.
2. Puang
lolo
Sebagai wakil Puang matowa adalah bissu
yang telah dipilih masyarakat bersama bissu yang telah disetujui oleh Raja.
3. Bissu
biasa sebagai pembantu Puang lolo
-
Struktur organisasi bissu di segeri
1. Bissu
tanre (tinggi) dalam hal ini pengetahuannya dianggap tinggi, mereka baru muncul
pada upacara turun ke sawah (upacara palili0. Jumlah mereka 40 orang.
2. Bissu
poncok (pendek) terdiri dari 6 orang mereka turun pada pesta kerajaan,
melepaskan Nazar (pesta ke lapangan Kejota)
-
Struktur organisasi Bissu di Bone
1. Bissu
tanre terdiri dari :
a. Pimpinan
bissu yang bergelar Puang Matowa
b. Wakil
Bissu yang bergelar Puang Lolo terdiri dari 2 (dua) orang
c. Inang
Bissu, yaitu perwira bissu
d. Kuneng
lolo, tidak ikut menari (sere dalam bahasa Bugis) tetapi duduk pada waktu ada
upacara, atau Bissu keturunan bangsawan.
e. Bissu
lolo yaitu prajurit Bissu.
2. Bissu
Core-core ( Ponco)
Di bone dikenal juga Bissu pada umumnya
dimunculkan pada upacara-upacara seperti :
a. Mallangi
Arajang, membersihkan Arajang peperangan, Wabah penyakit, musim kemarau
b. Maccera
Arajang, ialah pengorbanan hewan
c. Mattoana
Arajang, memberi sesajeng Arajang
Di bone pada upacara Maccera Arajang
diadakan pada pelantikan Raja, upacara perkawinan, upacara bersalin, upacara
kematian
Perbedaan Bissu di segeri dan di bone
1. Di
segeri para bissu berperanan, turun ke sawah (apalili) sedangkan di bone, pada
waktu turun ke sawah, Bissu tidak mempunyai peranan
2. Bissu
di segeri pada umumnya terdiri dari Calabai (wadam), sedangkan di bone terdiri
dari Calabai (wadam) dengan bissu perempuan yang disebut core-core yang
tugasnya menjunjung baku panampa, dapo sadampa dll
3. Di
segeri bissu pada waktu menari selalu maggiri (menancapkan keris
dibadannya/lehernya) sedang di bone sekarang ini tidak diadakan maggiri
(menancapkan keris dibadan/lehernya)
Kalau bissu menari di luar Lalebata (di
luar watampone) mereka memakai pakaian sanro (dukun) atau bermacam-macam warna
pakaian, apabila di dalam watampone (Lalebata) mereka berpakaian baju bodo.
Peralatan bissu di bone yang di pakai dalam upacara disesuaikan dengan derajat
yang mengadakan upacara. Dan apabila orang yang mengadakan pesta tersebut
berasal dari bangsawan tinggi, maka peralatan terdiri dari dua kasseri (dua
kali Sembilan) sedangkan daerah palili (kerajaan kecil, yang tunduk dibawah
pemerintah Raja Bone) maka peralatannya dua kattuju (dua kali tujuh).
PERANAN BISSU DALAM UPACARA
1.
PELANTIKAN BISSU DAN PIMPINAN BISSU
(PUANG MATOWA) DI SEGERI
Di
segeri pemilihan puang matowa dan puang Lolo harus melalui pilihan rakyat yang
diprakarsai oleh raja yang bersangkutan. Apabila puang matowa meninggal dunia
atau melalaikan tugasnya serta kelakuannya tidak senonoh, maka rakyat akan
memilih puang lolo sebagai penggantinya jika puang matowa tidak bersedia
barulah pilihan jatuh pada bissu-bissu lainnya. Setelah bissu tersebut terpilih
maka iapun pergi menghadap kepada rakyat segeri bahwa ia sanggup memlihara
alat-alat kerajaan (arajang segeri). Sesudah itu rajapun menyuruh mengumumkan
kepada rakyat tentang hasil pamilihan itu serta waktu pelantikannya.
Pemberitahuan tersebut di umumkan di pasar-pasar karena pasar merupakan tempat
berkumpul penduduk dari seluruh pelosok-pelosok kampong. Pada hari pelantikan orang
berduyun-duyun ke tempat kediaman calon Puang matowa dengan membawa seperangkat
alat sebagai tanda penjemput “Pattene” atau “pammuntuli” yaitu sebuah talam
berisi seberkas daun sirih, 36 buah pinang, uang logam 25 sen lima buah.
Sementara
puang Matowa sudah bersiap pula lengkap dengan pakaian upacara dengan memakai
songkok pute/topi yang berbentuk bundar dan berwarna putih) dan bissu lainnya
memakai passapu (dester).
Dari
tempat kediaman Puang matowa diantar ke istana raja segeri untuk menjemput raja
menuju tempat upacara. Setelah tiba di tempat pelantikan puang matowa dilantik
oleh raja yang disaksikan rakyat dan para bissu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar